REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Hudzaifah bin al-Yaman, terkenal dengan
julukan Shahibu Sirri Rasulillah (penjaga rahasia yang dipercaya oleh
Rasulullah). Orangnya sangat disiplin dan teguh memegang rahasia. Siapa
pun tidak akan bisa membujuk atau memaksanya untuk membuka rahasia.
Salah satu problem besar yang dihadapi oleh umat Islam di
Madinah adalah keberadaan kaummunafiqin, yang secara sengaja menyebarkan
isu-isu yang tidak benar terhadap Nabi dan kaum Muslimin. Mereka suka
membuat intrik-intrik dan tipu muslihat yang menyulitkan kaum Muslimin.
Rasulullah SAW tahu siapa saja mereka dan siapa
tokoh-tokohnya, tetapi beliau tidak bisa mengumumkannya karena
sehari-hari mereka menampilkan diri sebaimana orang-orang beriman
lainnya, bahkan juga datang shalat berjamaah di masjid bersama
Nabi-kecuali shalat Subuh dan Isya yang berat bagi mereka melakukannya.
Nabi memberikan daftar nama-nama
kaum munafiqin kepada Hudzaifah dan memintanya untuk merahasiakannya
kepada siapa pun. Hudzaifah juga ditugasi mengawasi gerak-gerik dan
kegiatan mereka untuk mencegah bahaya yang mungkin akan mereka timpakan
kepada kaum Muslimin. Rahasia itu dipegang sangat erat oleh Hudzaifah
sampai Rasulullah SAW wafat.
Tatkala menjabat khalifah, Umar bin Khathab pernah
bertanya kepada Hudzaifah apakah ada pegawainya yang munafik. Hudzaifah
menjawab, ada satu orang, tapi dia tidak mau menyebutkan namanya. "Maaf
wahai Amirul Mukminin, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
Hudzaifah
bukanlah berasal dari Yaman walaupun bapaknya bernama al-Yaman. Bapaknya
orang Makkah, dari Bani 'Abbas. Oleh karena suatu utang darah dari
kaumnya, al-Yaman terpaksa menyingkir ke Yatsrib-yang kemudian bernama
Madinah. Di Yatsrib, al-Yaman berlindung dan bersumpah setia pada Bani
'Abd Asyhal, sampai kemudian menikah dengan perempuan dari suku
tersebut. Dari perkawinan itulah lahir Hudzaifah. Walaupun sering
bolak-balik ke Makkah, al-Yaman lebih banyak menetap di Madinah.
Dengan latar belakang orang tua seperti itu, tatkala
pertama kali bertemu dengan Nabi di Makkah-sebelum beliau
hijrah-Hudzaifah menanyakan apakah dia termasuk Muhajirin atau Anshar.
Nabi menjawab: "Jika engkau ingin digolongkan kepada Muhajirin, engkau
memang Muhajir. Dan, jika ingin digologkan kepada Anshar, engkau memang
seorang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai." Sekalipun kedua-duanya
disayangi oleh Rasulullah, ternyata Hudzaifah memilih digolongkan
kepada Anshar.
Kedua orang tua Hudzaifah sudah masuk Islam sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan, Hudzaifah pun sudah masuk Islam
sebelum bertemu dengan Nabi. Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Hudzaifah
selalu mendampingi beliau, turut bersama Nabi dalam seluruh peperangan
kecuali Perang Badar. Dalam Perang Khandaq, Hudzaifah mendapatkan tugas
yang sangat berat dari Nabi. Tugas yang hanya dapat dilaksanakan oleh
orang yang cerdas, tangggap, dan berdisiplin tinggi.
Pada malam gelap gulita, Hudzaifah ditugaskan oleh Nabi
masuk ke jantung pertahanan musuh, mengintai gerak-gerik mereka. "Hai
Hudzaifah," kata Nabi. "Sekali-kali jangan melakukan tindakan yang
mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali melapor
kepadaku."
Hudzaifah sukses menjalankan tugas itu. Dia bahkan bisa
berada sangat dekan dengan Abu Sufyan, panglima perang musuh. Kata
Hudzaifah: "Seandainya Rasulullah tidak melarangku melakukan suatu
tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, sungguh
telah kubunuh Abu Sufyan dengan pedangku." Demikianlah sekelumit tentang
Hudzaifah bin al-Yaman RA, sang penjaga rahasia.
Sumber : Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar